ALT_IMG

Kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Oleh: Zahrina NurbaitiMereka yang telah melangsungkan pernikahan, pastinya menginginkan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah (SAMARA). Terlebih para aktivis dakwah, dimana proses pernikahannya dilalui dengan tanpa pacaran, karena yang ada hanyalah pacaran setelah menikah.Readmore...

ALT_IMG

Meriahkan Dunia Dengan Menikah

Mata adalah penuntun, hati adalah pendorong dan penuntut. Dan cinta adalah rahasia Illahi Rabbi. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan kawan yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia Readmore..

Alt img

Pertimbangan Dien dalam Menentukan Pasangan

Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah agamanya, (kalau tidak) engkau akan celaka. Readmore...

ALT_IMG

Hakikat Cinta

Banyak orang-orang yang seringkali hadir dalam majlis-majlis ilmu tapi kehidupannya tetap terlihat gersang dengan seiring berjalannya waktu.Banyak orang-orang yangReadmore...

ALT_IMG

Segerakanlah

Seorang ikhwan yang telah berumur lebih dari 30thn datang kepada saya mengatakan sebuah niat baiknya bahwa dia ingin menikah. pernikahan yang sudah cukup terlambat bagi saya, tapi mungkin tidak dengan ikhwan tersebutReadmore...

Jumat, 04 Januari 2013

Istri Adalah Manajer dan Partner

0 komentar
Wanita dinikahi bukan untuk melakukan aktivitas memasak dan mencuci. Apabila ia bisa memasak dengan rasa yang lezat itu adalah bonus, bukan kewajiban. Istri adalah manajer di dalam rumah. Namanya manajer seyognyanya punya staf alias anak buah maka tugas suamilah menyediakan pembantu untuk istrinya.

Seorang istri harus memastikan bahwa keadaan dan suasana rumah nyaman bagi penghuninya. Ia akan mengusahakan dengan sekuat tenaga agar anggota keluarga betah dan kerasan tinggal di dalam rumah. Sebagai manajer, ia yang bertanggungjawab atas kerapian, ketertiban, kebersihan dan kenyamanan rumah.

Oleh karena itu, seorang istri tidak boleh terlalu lelah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis seperti mencuci, ngepel, memasak dan sejenisnya. Sebab, tugas lain selain sebagai manajer juga memerlukan energi yang besar. Apa itu? Istri juga sebagai partner bagi suami. Ia adalah teman diskusi yang cerdas dan menyenangkan bagi suami.

Tugas istri begitu berat, sungguh tidak pantas seorang suami merendahkannya. Apabila ternyata istri Anda belum sanggup berperan sebagai manajer dan partner, maka tugas suamilah menyiapkan dan mendidiknya. Tanpa manajer dan partner yang hebat, pertumbuhan kesuksesan dan kemuliaan hidup Anda bisa terhambat dan tersendat.

Sebagai manajer dan partner, maka perlakukanlah istri secara terhormat. Dia bukan staf atau karyawan Anda. Dia juga bukanlah pembantu Anda. Bila Anda belum punya pembantu atau mungkin pembantu tidak masuk kerja, ringankanlah dan bantulah istri Anda.

Perlakuan kita terhadap istri akan sangat mempengaruhi perlakuan istri kepada anak-anak di rumah. Apabila kita memperlakukan istri secara terhormat maka akan berpeluang besar menghasilkan anak-anak yang percaya diri, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.  Dalam jangka panjang, anak-anak akan tumbuh ke arah hidup yang lebih bermartabat dengan karakter yang kuat.
Sudahkan kita memperlakukan istri sebagai manajer dan partner?

Salam SuksesMulia!
Jamil Azzaini 
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

http://www.islamedia.web.id/2012/12/istri-adalah-manajer-dan-partner.html
Continue reading →
Jumat, 21 Desember 2012

Kebahagiaan Istri adalah Kebahagiaan Suami

0 komentar

Membahagiakan pasangan kita adalah hal yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Di dalamnya akan banyak sekali keuntungan yang diperoleh jika pasangan kita merasa berbahagia. Betapa sukses hidup Rasulullah SAW dan para sahabat, karena peran istri-istri mereka karena merasa menjadi manusia yang dibahagiakan oleh suami-suaminya.
Adanya ketenteraman dalam kehidupan berumah tangga merupakan prasyarat bagi lancarnya pencapaian tujuan berumah tangga. Tiap anggota keluarga memiliki tugas dan cita-cita yang harus dikejar dalam hidup ini. Suami bertugas sebagai pemimpin sekaligus pencari nafkah.
Sedangkan istri adalah ratu yang mengatur kondisi rumah tangga sekaligus madrasah bagi anak-anaknya untuk mengenal dunia dan segala tata kehidupannya. Anak-anak adalah tunas yang harus tumbuh dan berkembang hingga dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat.
Semua tugas dan cita-cita itu hanya bisa terlaksana manakala suasana damai dan tenteram selalu hadir dalam rumah. Betapa sulit mencapai semua tujuan dan cita-cita tersebut manakala suasana yang hadir di rumah dipenuhi dengan amarah, saling curiga dan tak peduli satu sama lain apalagi sampai tak bertegur sapa (komunikasi tidak lancer) hingga berhari-hari lamanya.
Dari banyak kasus, kegagalan (baca; perceraian) dalam membina rumah tangga seringkali dimulai dari tercabutnya rasa aman, damai dan komunikasi yang kurang lancer dari rumah. Dan, peran istri untuk menghadirkan suasana ‘surgawi’ itu tak dapat diganti oleh orang lain, bahkan seorang khadimat (pembantu) sekalipun. Manakala istri merasa bahwa sang suami memberinya kebahagiaan dan keikhlasan, maka tugas mengurus rumah tangga akan mudah dikerjakan.
Kebahagiaan tidak terletak pada banyaknya harta dan tingginya jabatan seseorang, tetapi ia berada di dalam hati. Tumpukan materi dan sanjungan yang tiada henti bukanlah prasyarat seseorang untuk meraih kebahagiaan. Itu semuanya bermuara pada hati. Seorang suami harus memiliki kelembutan dan kepekaan rasa. Ia harus tahu kapan hati istrinya ‘luka’ dan kapan hatinya sedang bahagia.
Wanita pemalu atau pendiam biasanya hanya menyimpan saja luka di dalam hatinya tanpa mau mengatakan kepada siapapun, sekalipun kepada suaminya. Tidak ada satu nasihat pun yang dapat diterima oleh istri manakala kita menyampaikannya dengan kemarahan atau tak melihat perasaan istri.
Rasulullah SAW pun memberi label pada laki-laki, bahwa yang paling di antara mereka (para suami) adalah yang paling baik sikapnya terhadap istrinya. “Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap istri.” Demikian sabda Nabi SAW.
…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS. An Nisa: 19)
Marilah kita kenali dan perlakukan hati istri kita dengan baik agar mereka dapat berbahagia, dan agar tujuan dalam membentuk keluarga yang penuh sakinah, mawaddah dan rahmat dapat tercapai. Sudahkah kita memberikan suasana damai dan ikhlas terhadap istri kita. Wallahua’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/25650/kebahagiaan-istri-adalah-kebahagiaan-suami/#ixzz2FlL81IIX
Continue reading →
Selasa, 18 Desember 2012

Jalan Panjang Bernama Pernikahan

0 komentar
Islam telah menganjurkan kepada manusia untuk menikah, karena di dalamnya ada banyak hikmah. Pernikahan merupakan fitrah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang berpasang-pasangan. Setiap jenis membutuhkan pasangannya. Seorang lelaki membutuhkan wanita, begitu pun sebaliknya, wanita membutuhkan lelaki. Ini adalah fitrah yang berikan kepada manusia.

Islam diturunkan Allah SWT untuk menata hubungan kedua insan agar menghasilkan sesuatu yang positif bagi umat manusia dan tidak membiarkannya berjalan semaunya sehingga menjadi penyebab bencana.

Dalam pandangan Islam, pernikahan adalah akad yang diberkahi. Di mana seorang lelaki menjadi halal bagi seorang wanita begitu pula sebaliknya. Mereka memulai perjalanan hidup berkeluarga yang panjang, dengan saling cinta, tolong menolong dan toleransi.

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar Rum: 21).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT ingin menggambarkan hubungan yang sah itu dengan suasana yang penuh menyejukkan, mesra, akrab, kepedulian yang tinggi, saling percaya, pengertian dan penuh kasih sayang.

Tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup karena iklim dalam rumah tangga yang penuh dengan kasih sayang dan mesra. Namun, proses membina pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warahmah serta bahagia sering tidak semulus yang dibayangkan oleh kebanyakan pasangan.

Dengan adanya pernikahan, hal itu menunjukkan sejauh mana pasangan mampu merundingkan berbagai hal dan seberapa terampil pasangan suami istri itu mampu menyelesaikan konflik. Pasangan suami istri akan menyadari bahwa hal-hal yang berjalan dengan baik pada tahap-tahap awal pernikahan mungkin tidak dapat berfungsi sebaik pada tahap-tahap berikutnya, yakni ketika pasangan suami istri menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dalam hubungan berumah tangga.

Sepanjang perjalanan pernikahan, semua pasangan pasti akan menghadapi tekanan-tekanan baru. Tekanan-tekanan tersebut bisa berasal dari luar pernikahan, bisa juga dari dalam pernikahan itu sendiri, atau bahkan dari hal-hal yang sudah lama terpendam jauh di dalam diri masing-masing pasangan.

Pasangan suami istri harus dapat dan mampu menyesuaikan diri dengan pasangan, untuk hidup harmonis, menyeimbangkan tugas-tugas, karir yang sedang menanjak, membesarkan anak-anak dan memberikan dukungan satu sama lain adalah tugas yang sangat kompleks dilakukan pasangan suami istri.

Banyak pasangan suami istri yang terkejut, saat mereka mendapati bahwa konflik lama belum terselesaikan. Dia akan muncul dari orang tua, saudara kandung, atau di luar pasangan. Mereka akan muncul kepermukaan dalam hubungan pernikahan. Dan setiap konflik tersebut menunjukkan adanya tuntutan yang besar terhadap pasangan suami istri ketika mereka berusaha menghadapi berbagai persoalan, belajar memahami arti pengorbanan pada berbagai tingkatan yang baru dan bagaimana mempercayai orang yang dicintai.

Pernikahan tidak selalu menghasilkan banyak tuntutan bagi orang-orang yang menjalaninya. Orang-orang tua kita terdahulu tidak begitu peduli dengan hal-hal tersebut. Bagi mereka pada umumnya, pernikahan adalah bagian dari kelangsungan hidup. Suami mencari nafkah sedangkan istri merawat rumah dan anak-anak.

Namun, kini berumah tangga kehidupan semakin kompleks, dan tuntutan adanya keintiman dalam pernikahan generasi pendahulu, yaitu orang tua kita tidaklah sebesar tuntutan generasi sekarang. Dewasa ini, pasangan suami istri menginginkan jauh lebih banyak hal dari pernikahan.

Mulai dari kehidupan materialist, fisik yang indah, keilmuan, ras, sosial masyarakat. Harapan-harapan yang lebih tinggi itu, pasangan terkadang lupa pada tanggung jawab masing-masing, oleh karena itu pasangan suami istri sangat perlu mengetahui arti pernikahan.

Ya, karena pernikahan merupakan jalan yang aman bagi manusia untuk menyalurkan naluri seks. Pernikahan dapat memelihara dan menyelamatkan keturunan secara baik dan sah. Di samping itu, pernikahan pada dasarnya menjaga martabat wanita sesuai dengan kodratnya.

Pernikahan juga merupakan suatu ikatan yang kuat dengan perjanjian yang teguh yang ditetapkan di atas landasan niat untuk bergaul antara suami istri dengan abadi. Supaya dapat memetik buah kejiwaan yang telah digariskan oleh Allah dalam Al Quran yaitu ketenteraman, kecintaan dan kebahagiaan. Wallahua’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/25406/jalan-panjang-bernama-pernikahan/#ixzz2FPHlvOCM
Continue reading →
Rabu, 28 November 2012

Sakinah dalam Berumah Tangga

0 komentar
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. (QS Ar Rum: 21)

Pernikahan tidak hanya sekedar sebuah akad yang menghalalkan dua orang untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri. Jika hanya sekedar akad, maka hal itu bisa diselesaikan dalam satu waktu saja, namun apa yang sesungguhnya ada di balik sebuah pernikahan?

“Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lai (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil penjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu”. (QS. An Nisa: 21). Maka seperti yang Allah SWT sampaikan pada ayat diatas, pernikahan adalah sebuah perjanjian yang kuat (mitsaqon gholizho). Kata-kata mitsaqon gholizho ini terdapat tiga kali di dalam Al Quran.

Pernikahan ini bukanlah senda gurau, yang pada hari ini diucapkan akad, lalu beberapa saat kemudian bercerai dengan alasan yang lemah. Perjanjian Allah SWT dengan dua orang yang berakad nikah ini disejajarkan dengan perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil (QS An Nisa: 154) dan perjanjian Allah dengan para Nabi (QS Al Ahzab: 7).

Membentuk rumah tangga yang sakinah menjadi tanggung jawab suami terutama mendidik keluarganya soal agama. Dan agama adalah masalah keyakinan. Maka penting buat laki-laki untuk mempersiapkan diri soal ini, dan wanita hendaknya pandai memilih pasangan yang dapat membimbing dia.

Bagi suami, hendaklah ia memberikan sesuatu yang patut dalam urusan nafkah serta menjadi imam atau teladan dalam keluarga. Imam tersebut termasuk menjadi imam salat. Dan istri, hendaklah ia menjaga rumah tangga yang dibangun bersama suaminya termasuk menutupi hal-hal yang kurang berkenan di hatinya bahkan pada orang tuanya sendiri.

Secara garis besar, berdasarkan fitrah manusia, agama mengatur tanggung jawab, peran dan fungsi pasangan suami-istri (pasutri) masing-masing dalam kehidupan berkeluarga. Sempurnakanlah dan tunaikanlah hal tersebut dalam perjalanan membangun rumah tangga yang semoga dengan demikian akan dirahmati dan diberkahi oleh Allah SWT.

Menurut ketentuan agama, tanggung jawab sebagai kepala keluarga berada dipundak suami dengan tanggung jawab terbesar dan terberat adalah menjaga agar bahtera keluarga selalu berjalan menuju visi abadi, “kebahagiaan dunia akherat dan terhindar dari siksa neraka abadi”.

Teladan mulia bagi istri tentunya adalah Ibunda Khadijah, yang selalu memberikan keteduhan, kelembutan, dan juga dorongan yang tiada henti kepada suami untuk tetap istiqomah sehingga betapapun beratnya tantangan dalam rangka menuju visi abadi itu selalu dapat diatasi dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Ingatlah selalu bagi pasangan suami istri bahwa salah satu fungsi pasangan suami istri menurut Al Quran surat Al Baqarah ayat 187 adalah seperti pakaian (hunna libaasullakum wa antum libaasullahun, mereka adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka).

Fungsi pakaian selain untuk keindahan adalah juga untuk menutupi aurat, maka suami istri harus saling menutupi kelemahan pasangannya. Seandainya kalian melihat kelemahan pada pasangan kalian maka berdoalah agar dibalik kelemahan itu terdapat kebaikan yang tidak terduga.

Ingatlah firman Allah SWT di dalam surat An Nisa ayat 19, “Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya". Sekali lagi pernikahan itu ada kompromi di dalamnya. Bagaimanapun juga manusia berbeda satu sama lain, bukan? Setiap pasangan suami istri pastinya juga akan berbeda. Namun dengan perbedaan itulah dijadikan satu kekuatan. Wallahua'lam
Continue reading →
Jumat, 23 November 2012

Berikan yang Terbaik untuk Pasangan

0 komentar
Ilustrasi (blogspot.com/kembarasalik)

Oleh: Cahyadi Takariawan
Pernikahan telah menyatukan bukan saja tubuh dua insan –laki-laki dan perempuan, namun pernikahan telah menyatukan dua cinta, dua cita-cita bahkan dua jiwa yang berbeda. Suami dan istri berkolaborasi dalam kehidupan keluarga, dengan ikatan cinta kasih yang tulus, untuk menempuh kehidupan dalam kebersamaan. Keluarga telah meleburkan suami dan istri dalam sebuah ikatan yang sangat kuat –tidak ada ikatan sekuat dan sehangat ikatan yang muncul dalam pernikahan.

Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri harus berusaha saling memberikan yang terbaik kepada pasangan, bukan menuntut dari pasangan. Jika suami dan istri selalu memberikan yang terbaik, maka mereka akan mendapatkan pula dari pasangannya. Namun jika suami dan istri lebih mendahulukan menuntut dari pasangan, maka mereka tidak akan mendapatkan. Sikap menuntut ditunaikannya hak pasangan, merupakan sebentuk pengingkaran dari konsekuensi cinta kasih. Karena cinta itu artinya memberi, bukan menuntut diberi.

Dalam kehidupan keluarga, suami dan istri harus berlomba-lomba dalam memberikan yang terbaik kepada pasangan, dalam beberapa sisi berikut:

Berikan Perasaan Terbaik

Menikah itu bukan hanya bab memberikan tubuh kepada pasangan tetapi hatinya telah hilang dibawa kenangan. Pada beberapa contoh pasangan, mereka menikah karena keterpaksaan keadaan; dengan harapan akan segera bisa saling mencinta setelah hidup berumah tangga. Jika mereka benar-benar berusaha memberikan perasaan terbaik kepada pasangan, niscaya saling mencinta itu akan mereka dapatkan. Namun jika mereka tidak sungguh-sungguh dalam berusaha, mereka hanya hidup dalam kepura-puraan.

Perasaan cinta, kasih, sayang, rindu, mesra sebagai suami istri, harus diberikan secara spesial untuk pasangan hidup. Hanya untuk dia saja, tidak diberikan kepada yang lainnya. Jangan melewati hari-hari dalam kehidupan keluarga dengan hati hampa, tanpa cinta, tanpa rasa. Semua mengalir hampa dan waktu berlalu begitu saja. Berikan cinta, berikan rindu, berikan semua perasaan terbaik untuk pasangan hidup kita.

Berikan Pelayanan Terbaik

Suami harus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk istri, dan sebaliknya istri harus memberikan pelayanan terbaik untuk suami. Akan sangat menyenangkan suami, apabila istri melayani keperluan suami saat pagi-pagi suami menjelang berangkat kerja. Istri menyiapkan berbagai keperluan suami untuk berangkat kerja, sejak pakaian, makanan hingga perlengkapan kerja. Akan sangat menyenangkan istri apabila suami melayani keperluan istri untuk persiapan kerja atau untuk melancarkan kegiatan rumah tangga.

Di rumah, di perjalanan, di ruang makan, di tempat tidur dan di manapun, suami harus selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk istri, dan istri harus memberikan pelayanan terbaik untuk suami. Mencoba-coba hal baru, variatif dan tidak monoton dalam memberikan pelayanan, akan lebih menyenangkan hati pasangan. Untuk itu, suami dan istri harus saling berlomba dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pasangannya.

Berikan Penampilan, Sikap dan Perlakuan Terbaik

Berikan penampilan, sikap dan perlakuan terbaik untuk pasangan Anda. Sikap lembut, wajah cerah, penampilan menarik, tubuh wangi dan harum merupakan sesuatu yang sangat disenangi pasangan. Mudah membantu, mau mengerti, selalu memahami, gampang memuji, merupakan sikap dan perlakuan yang sangat membahagiakan hati pasangan. Sebaliknya, penampilan acak-acakan, tidak rapi, tidak wangi, menjadi sikap yang tidak disukai pasangan.

Sikap cuek, tidak peduli, tidak mau mengerti kondisi dan masalah, merupakan siksaan bagi pasangan. Istri yang sibuk mengerjakan berbagai urusan dapur waktu pagi hari, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, mengurus anak-anak, akan sangat senang dan bangga jika suami menawarkan bantuan yang diberikan. Apalagi jika suami langsung mengambil alih beberapa kegiatan istri tanpa harus diminta, akan lebih membahagiakan hati istri. Sikap menolong dan melindungi seperti ini sangat dinantikan oleh pasangan.

Berikan Kata-kata Terbaik

Banyak suami mudah berkata-kata kasar kepada istri, dan banyak istri mudah berkata-kata keras kepada suami. Jika suami dan istri sudah membiasakan diri dengan kata-kata kasar, keras, ketus dan menyakitkan pasangan, akan menyebabkan suasana yang tidak nyaman dalam hidup sehari-hari mereka. Kehidupan keluarga tidak ubahnya seperti neraka atau penjara, masing-masing pihak berlaku saling menyerang, saling menyakiti, saling melukai pasangannya dengan kata-kata.

Sudah menjadi kewajiban suami untuk memberikan kata-kata, kalimat, ungkapan yang terbaik bagi istri. Sebaliknya, sudah menjadi kewajiban istri untuk memberikan kata-kata, kalimat dan ungkapan terbaik bagi suami. Jika kedua belah pihak berlomba memberikan kata-kata terbaik bagi pasangan, maka dalam kehidupan rumah tangga mereka selalu dijumpai kata-kata indah, mesra, santun dan penuh kelembutan. Ini akan memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak, karena tidak pernah mendengar kata-kata kotor, jelek, kasar, dan keji.

Ayo berlomba, berikan yang terbaik bagi pasangan kita. Jangan menunggu pasangan kita memberikan hal yang terbaik bagi kita, namun kita yang harus proaktif dan memulai memberikan hal terbaik bagi pasangan.

Selamat pagi, selamat beraktivitas.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/11/24054/berikan-yang-terbaik-untuk-pasangan/#ixzz2D6vr2h4N
Continue reading →
Kamis, 22 November 2012

Mengubah Konflik Menjadi Cinta

0 komentar

Sangat banyak alasan bagi suami dan isteri untuk terus berkonflik. Mereka berasal dari tradisi keluarga yang berbeda, mereka memiliki kebiasaan, pemikiran, kesenangan, perasaan yang tidak sama. Bahkan sering dikatakan, planet asal merekapun berbeda. Yang satu dari Mars, satu lagi dari Venus. Jika setiap satu perbedaan memunculkan satu konflik, maka setiap hari mereka akan selalu berada dalam ketegangan situasi yang tidak produktif.

Kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan rumah tangga, memang selalu ada konflik dengan segala tingkatannya. Tidak ada keluarga tanpa konflik, yang membedakan adalah cara mereka menikmati, mengelola dan keluar dari konflik tersebut. Dengan demikian, tidak perlu berlebihan dalam memandang terjadinya konflik. Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengubah konflik menjadi cinta yang menyala dalam keluarga.

Tiga Tingkat Konflik

Konflik tidaklah terjadi secara tiba-tiba, namun ada proses dan tingkatannya. Secara teoritis, konflik terjadi dalam tiga tingkatan.

Tingkatan pertama adalah the unvisible conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini masih ada di batin atau perasaan. Ada beberapa ketidakcocokan antara suami dengan isteri, tetapi ketidakcocokan itu tidak tampak atau tidak muncul dalam ucapan, sikap, dan tindakan. Ini adalah sebentuk ketidaknyamanan hubungan yang tidak diekspresikan, namun lebih banyak dipendam dalam hati dan pikiran. Suami dan isteri sama-sama merasakan ada sesuatu yang mengganjal, namun tidak diungkapkan.

Tingkatan kedua adalah the perceived / experienced conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini sudah sama-sama diketahui, dialami atau sudah tampak di permukaan. Suami dan isteri sudah sama-sama mengalami perbedaan yang muncul dalam bentuk percekcokan, pertengkaran atau perlawanan. Pemicu konflik bisa jadi karena perbedaan pendapat antara suami dan isteri, perbedaan harapan, keinginan, atau karena adanya tindakan yang tidak menyenangkan. Konflik bisa terjadi dalam bentuk kalimat yang diucapkan atau sikap yang ditampakkan.

Tingkatan ketiga adalah the fighting. Pada tingkatan ini, konflik sudah berubah menjadi tindakan fisik, seperti pukulan, tendangan, tamparan, atau tindakan lain yang bersifat fisik. Menurut kamus, fighting adalah melawan orang lain dengan pukulan atau senjata (blow or weapon). Dalam kehidupan rumah tangga, banyak terjadi pertengkaran suami dan isteri yang melibatkan aktivitas fisik dan “senjata”, seperti menggunakan alat pemukul, memecah piring, melempar gelas, merusak perabotan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Memahami tingkatan konflik ini akan sangat membantu bagi suami dan isteri untuk bisa menentukan sikap yang tepat pada saat menghadapinya. Hendaknya suami dan isteri tidak membiarkan konflik berkembang dari tingkatan pertama menuju tingkatan kedua dan ketiga. Deteksi dini adanya konflik di tingkatan pertama sangat diperlukan agar bisa segera mencari jalan keluar dan tidak membiarkannya berlarut-larut atau berlama-lama.

Keluar di Tingkat Pertama

Saat suami dan isteri mulai merasakan ketegangan hubungan, sesungguhnya tanda-tandanya sangat banyak dan mudah dikenali. Misalnya komunikasi tidak lancar. Isteri tidak bisa atau tidak berani berbicara dengan suami. Takut menyinggung, takut dimarahi, takut tidak ditanggapi. Suami tidak nyaman berbicara dengan isteri. Takut tidak nyambung, takut salah paham, takut direspon dengan berlebihan. Akhirnya saling memilih untuk diam, namun memendam perasaan yang tidak nyaman.
Bisa juga suami dan isteri berada dalam suasana sensitif yang berlebihan. Kata-kata kecil yang diucapkan suami atau isteri, mudah memunculkan emosi dan kemarahan pasangan, walaupun tidak diekspresikan. Komunikasi sering tidak nyaman, karena mudah salah paham dan berlebihan memahami kalimat yang diucapkan pasangan. Seakan-akan pasangan tengah menyindir atau mengejek dirinya.

Inilah gejala suami dan isteri sudah memasuki gelanggang konflik pada tingkat yang pertama. Ada suasana tidak nyaman, suasana ketidakcocokan antara suami dan isteri, namun hanya dipendam di dalam hati. Tidak ditampakkan, tidak diekspresikan. Masing-masih memendam rasa yang tidak mengenakkan kepada pasangan.

Jika gejala konflik tingkat pertama ini sudah dirasakan, segeralah mencari jalan keluar. Jangan biarkan perasaan tidak nyaman kepada pasangan ini bercokol dan bertahan berlama-lama dalam jiwa. Itu akan sangat menyakitkan dan menyiksa hati serta perasaan. Bahkan dikhawatirkan lama-lama akan menggerogoti cinta yang sudah ditanam dalam dada. Segeralah keluar dari zona tidak nyaman ini, agar tidak membahayakan keharmonisan hubungan anda bersama pasangan tercinta.

Cari waktu dan suasana yang tepat. Ajak pasangan anda berbicara, dalam suasana jiwa yang bening, pikiran yang jernih dan hati yang tidak diliputi emosi. Sampaikan permintaan maaf anda kepada pasangan, karena menyimpan perasaan yang tidak nyaman kepadanya. Jika perasaan itu berupa praduga tertentu kepada pasangan, konfirmasikan hal itu kepadanya. Ingat, jangan menyalahkan pasangan. Obrolan ini hanyalah untuk menyalurkan ganjalan yang selama ini mengendap di hati. Bukan forum untuk menghakimi, atau saling menyalahkan di antara suami dan isteri.

Bahkan lebih bagus lagi jika menggunakan canda agar suasana lebih cair dan nyaman bagi semua. Ada banyak kelucuan yang selama ini disimpan dalam kehidupan berumah tangga, yang bisa diungkapkan agar suasana menjadi santai dan tidak tegang. Dalam kenyamanan suasana, saling tertawa, saling menampakkan canda, perlahan-lahan kebekuan hubungan akan tercairkan. Berbagai hal yang mengganjal bisa dikeluarkan dan disalurkan, sehingga hati tidak lagi menyimpan sesuatu yang mengganjal dan tidak mengenakkan dari pasangan.

Jangan biarkan konflik tahap pertama ini berkembang dalam jiwa, karena lama-lama akan meningkat menuju konflik tahap kedua dan ketiga, yang akan semakin sulit untuk menyelesaikannya. Mumpung belum membesar, mumpung belum terlanjur, segera keluar pada tahap pertama ini.

Selamat beraktivitas. Selamat menikmati cinta.

http://4.bp.blogspot.com/_3v0PCTah1Kw/TC22nVJTx-I/AAAAAAAAAkI/PJ-ZvA9Hv9c/s1600/Cahyadi+Takariawan.jpg
Cahyadi Takariawan

Sumber : http://www.islamedia.web.id/2012/10/mengubah-konflik-menjadi-cinta.html
Continue reading →

Untukmu Sayangku

0 komentar

Alhamdulillah, syukur yang tak pernah henti memang harus selalu kita panjatkan pada Allah, yang telah memberikan karunia untukmu, untukku dan untuk kita. Karunia keimanan, yang semoga Allah terus menjaga sampai akhir hayat kita. Dan semoga saat Allah memanggil kita, keimanan kita sedang berada di puncak. Inilah karunia besar yang harus selalu kita syukuri. Tanpa iman, segala kemewahan dan atribut dunia tidak ada nilai sama sekali.
Karunia hidup dalam komunitas dakwah yang dinamis, penuh kebaikan, keberkahan dan ukhuwah, bergaul, berinteraksi dan bekerja bersama-sama membangun peradaban mulia. Jalan ini adalah jalan panjang, penuh onak duri, jalan terjal, yang hanya mereka yang mendapat Rahmat Allah lah yang akan berhasil menjalaninya. Kita berdoa, semoga Allah memberi kekuatan, kesabaran dan kemudahan pada kita, agar tetap istiqamah berjalan di jalan mulia ini. Harapan ini pun kita panjatkan agar anak keturunan kita pun akan meneruskan estafet dakwah ini, menjadi salah satu mata rantai dari mata rantai panjang kafilah dakwah ini. Sebagaimana harapan yang juga diungkapkan oleh Nabi Zakaria, saat di usia tuanya berdoa kepada Allah memohon agar diberi keturunan yang akan meneruskan estafet perjuangan.
Karunia kebahagiaan hidup dalam keluarga. Taman kecil yang dari sini bermula peradaban. Kebahagiaan berkeluarga yang menjadi dambaan setiap insan di dunia. Meski tak bisa dipungkiri, kehidupan rumah tangga ini tak pernah sepi dari terjangan gelombang, tak pernah sepi dari ujian dan cobaan tak pernah sepi dari dinamika, namun, pelan tapi pasti, ujian-ujian tersebut alhamdulillah telah berhasil kita lewati, dan semua itu kita rasakan sebagai sebuah mekanisme yang Allah berikan untuk membuat kita makin bijaksana menjalani hidup ini. Meski kita pun sadar, perjalanan berikutnya mengayuh biduk rumah tangga ini juga pasti akan bertemu dengan berbagai ujian, gelombang yang lain, karena ini adalah sunnah dalam kehidupan. Hanya kepada Allah kita memohon kekuatan, kesabaran dan keteguhan, agar apapun bentuk ujian dari Allah, akan berhasil kita lalui dengan sukses. Sebagai nakhoda biduk ini, engkau tentu dituntut untuk lebih trampil mengendalikan, karena perjalanan ini boleh jadi akan makin berat, seiring dengan makin banyaknya tugas dan tanggung jawab serta amanah yang Allah berikan. Sementara secara fisik sunatullahnya kita makin lemah. Maka hanya pada Allah kita bersandar, hanya kepada Allah kita labuhkan harapan, semoga Allah selalu menolong kita dengan caraNYA.
Karunia anak-anak yang merupakan titipan/amanah Allah. Mereka adalah karunia, sekaligus ujian. Ujian, adakah kita tetap istiqamah mendidiknya menjadi insan yang bertaqwa harapan umat. Ujian, adakah dengan kehadirannya, telah membuat kita lalai ataukah tetap khusyu menjalankan fungsi kehambaan terhadapNYA. Ujian, adakah dengan kehadirannya membuat kita makin dekat atau justru makin jauh denganNYA. Ujian, adakah kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan kita dalam mendampingi mereka melewati jalan panjang kehidupan, sampai ke telaga kebahagiaan. Berat memang, tapi kita harus yakin kesungguhan kita berikhtiar dan kepasrahan kita padaNYa, dibarengi dengan doa tulus yang selalu kita lantunkan padaNYA, akan membuat semuanya terasa ringan. Laa haula walaa quwwata illa Billah.
Karunia kesehatan, yang dengannya menjadi modal untuk kita bisa meneruskan pengabdian pada sang Khalik. Tak henti tiap hari kita lantunkan doa allahuma aafini fie badaani. Allahumma aafini fie sam’i. Allahumma aafini fie baswhari. Kabulkanlah ya Rabbi, rintihan kami. Berilah kekuatan bagi kami untuk bisa menjaga dan merawat diri ini, amanah dariMU.
Karunia materi, yang kita harapkan keberkahannya, bukan semata jumlah dan tampilan fisik perabotan dan kendaraan. Bukankah semua itu juga adalah sekaligus ujian bagi keimanan kita (innamaa amwalukum wa aulaadukum fitnah). Ujian adakah kita mampu mensyukurinya, menjadi golongan yang sedikit (wa qalillan min ibadiyassyakuur). Mensyukuri apa yang ada, berharap sesuatu yang lebih baik dengan izinNYA, bersabar jika sesekali Allah kembali memintanya, untuk saudara, untuk kerabat, untuk mereka yang papa, untuk mereka yang tidak seberuntung kita. Bersyukur, karena selama ini Allah membimbing kita dan memudahkan kita untuk membantu mereka. Ujian, adakah kita mampu memberikan yang terbaik, yang paling kita cinta, untuk diberikan bagi jalan dakwah ini. Duhai, betapa malu hamba ini di hadapanMU ya Rabbi, merenungi ayat-ayatMU yang ini “innamal mu’minuuna ladziina aamanu billahi warasuulihi tsumma lam yartabuu wajaahiduu biamwaalihim wa anfusihim fie sabiilillah. Ulaaika hummushaadiqiin.” (QS Al Hujurot 15).
Karunia tetangga yang baik, teman-teman sejawat, kerabat dan saudara-saudara, yang dengannya hidup ini menjadi semakin dinamis dan bermakna, karena kita dilatih untuk bijaksana bergaul dengan berbagai karakter manusia. Dengan keberadaan mereka pula, kita dilatih untuk menerapkan prinsip naafiun lighairihi, bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Sungguh ini adalah lahan subur untuk persemaian keimanan dan dakwah kita. Mohonlah padaNYA agar kita diberi kekuatan untuk bisa menyemai benih kebaikan di lahan subur ini. Agar kita diberi kekuatan bisa merawat tanamannya, sampai akarnya kokoh, batangnya tegak, daunnya lebat, dan buahnya memberikan kebahagiaan dan kemanfaatan bagi sekitarnya (QS 14: 24-25) Kepada Allah jua kita memohon kesabaran agar pohon-pohon ini tetap teguh meski angin kencang selalu ingin menumbangkan dan mematahkan cabang-cabangnya. Dan sejuta karunia dariNYA yang tak mungkin kita bisa menghitungnya.
Mari sejenak kita merenung, adakah banyaknya karunia Allah, bertambahnya usia kita, telah mengantarkan kita menjadi hamba yang makin dekat dengan keridhoaanNYA. Kini, jatah umur kita sudah berkurang. Perjalanan hidup ini, pasti akan berakhir. Ya pasti, ini adalah sunnatullah hidup. Semua yang bernyawa pasti akan kembali padaNYA. Kita semua akan kembali. Entah siapa yang akan lebih dulu kembali, itu tidak penting. Jauh lebih penting kesiapan kita, sehingga kita bisa memastikan Allah memanggil kita dengan kalamNYA: “ya ayyatuha nafsul mutmainnah irji’ie ilaa rabbika Raadhiyatan mardiyah, fadkhuli fie ibadie… wadkhulie jannatie…” (Qs Al fajr 27-30). Sebagaimana Allah telah memanggil para mujahidin di tanah Al Quds, Palestina…..
Allahumanshur ikhwanal mujaahidiina fi Filistin…..


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/11/24458/untukmu-sayangku/#ixzz2D1hjsQp3
Continue reading →