Kamis, 19 April 2012

CINTA...

0 komentar
Allah SWT menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah yang mencakup cinta kepada-Nya dan mengutamakan ridha-Nya, serta yang menuntut adanya makrifah terhadap-Nya.

Allah menganugerahkan ilmu kepada hamba-hamba-Nya yang tiada kesempurnaan bagi mereka tanpanya, sehingga semua gerak-gerik mereka sesuai dengan apa yang dicintai dan yang diridhai Allah SWT.

Allah mengutus para rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, dan menetapkan syariat-Nya. Kesempurnaan hakiki seorang hamba adalah kalau gerak dan aktivitasnya selaras dengan apa yang dicintai Allah SWT. Allah menjadikan ittibaa' (mengikuti) rasul-Nya sebagai bukti cinta kepada-Nya. "Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran: 31)

Orang yang benar-benar cinta akan menganggap dirinya berkhianat kepada kekasihnya apabila dia bergerak dengan seenaknya sendiri di luar keridhaan kekasihnya. Dan apabila ia melakukan suatu perbuatan yang dibolehkan karena dorongan tabiat manusiawi dan instingnya sendiri, ia pun bertaubat seperti taubat karena dosa.

Hal ini makin menguat pada dirinya sampai akhirnya segala hal yang dibolehkan baginya berubah menjadi bernilai taat dan ibadah. Tidur, makan atau istirahatnya berpahala seperti nilai tahajud, puasa, dan amalan lainnya. Senantiasa berada antara kebahagiaan yang ia syukuri dan malapetaka yang ia sabar menghadapinya. Selalu berjalan menuju Allah SWT kala tidur maupun sadar.

Orang yang benar-benar jatuh cinta, bila berkata, ia berkata karena Allah SWT, dan bila diam juga diam karena Dia. Jika bergerak, geraknya itu adalah karena perintah Allah SWT; dan apabila diam, maka diamnya itu untuk mengumpulkan tenaga guna melaksanakan ibadah. Dirinya untuk Allah SWT, karena Allah SWT, dan bersama Allah SWT.

Tanpa ilmu tidak dapat membedakan mana gerak yang dicintai Allah SWT dan yang dibenci, mana diam yang disukai Allah dan mana yang dibenci. Saat ditanya siapakah orang yang hina-dina itu, Dzun Nun menjawab, "Orang yang tidak mengetahui jalan menuju Allah SWT dan tidak berupaya mengetahuinya."

Siapa yang telah mengetahui jalan kebenaran, maka terasa mudah baginya menempuhnya. Tidak ada petunjuk di jalan itu selain mengikuti Rasulullah saw. dalam perkataan, perbuatan, dan sikap beliau.

Sumber : http://streamingnurisfm.blogspot.com/2012/01/cinta.html

Leave a Reply