Senin, 16 April 2012

Kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

0 komentar

Oleh: Zahrina Nurbaiti

Mereka yang telah melangsungkan pernikahan, pastinya menginginkan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah (SAMARA). Terlebih para aktivis dakwah, dimana proses pernikahannya dilalui dengan tanpa pacaran, karena yang ada hanyalah pacaran setelah menikah. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS Al Isra: 32)

Bisa jadi ada sebagian orang yang bertanya. Bagaimana mungkin cinta bisa tumbuh tanpa terlebih dahulu mengenal calonnya, bagaimana bisa tahu karakter pasangan hidup nantinya jika tidak pacaran lebih dahulu. Secara fitrah seorang pria dan wanita diberikan rasa saling suka, simpati, rasa ketertarikan. Namun mampukah kita menjaga semua perasaan-perasaan itu, sesuai dengan jalan yang diridhoi Allah SWT.

Disinilah peran keimanan kita bermain dan harus yakin akan janji-janji Allah SWT yang pasti benar. “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga). (QS An Nur: 26)

Pertanyaannya, haruskah kita ragu dengan janji-janji Allah SWT? Ya, semua berpulang pada keimanan kita masing-masing dalam meyakini janji tersebut. Kita harus yakin, bahwa Allah SWT akan memberikan jodoh yang terbaik untuk kita, karena pasangan hidup kita adalah refleksi dari diri kita.

Lalu, bagaimana kiat menjaga keharmonisan rumah tangga agar tetap dilimpahkan sakinah mawaddah warahmah hingga kematianlah yang memisahkan dengan pasangan hidup. Pertama, berbagi visi dan cita-cita. Dalam menentukan pasangan hidup, pastikan di awal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat. Apalagi bagi mereka yang sudah memilih dakwah sebagai jalan hidupnya, maka selayaknya juga berharap pasangan hidupnya adalah seseorang yang juga memahami tentang dakwah itu sendiri.

Dengan kata lain, pasangan kita nantinya adalah yang satu visi dan misi, satu pemikiran. Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah serta langkah hidup selanjutnya. Maka tidak bisa dibayangkan, jika suami aktif dalam dakwah mendapatkan seorang isteri yang tidak paham akan makna dakwah, atau sebaliknya. Jika hal ini terjadi, tentunya akan sulit terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

Kedua, saling percaya. Hal ini merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki pasangan hidup. Kita harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan pasangan hidup kita. Jangan sekali pun mengkhianati perasaan pasangan kita. Jagalah kepercayaan ini dengan baik. Baik kita maupun pasangan hidup kita hendaknya berjalan lurus sesuai tuntunan agama, maka yang akan tumbuh adalah rasa saling percaya.

Ketiga, saling menghargai. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah SAW yang begitu lembut dan menghargai para isteri beliau. Sampai-sampai, pada suatu hari Rasulullah SAW pulang larut malam dan tak dapat membuka pintu karena isteri beliau tertidur di depannya, maka Rasulullah SAW memutuskan tidur di luar rumah. Subhanallah.

Keempat, mudah memaafkan. Di dalam hidup ini, tentu saja tak ada gading yang tak retak. Karena itu, jika salah satu diantara pasangan hidup kita berbuat salah, maka maafkanlah dan selesaikan semua persoalan sebelum pergi tidur.

Kelima, keterbukaan. Rumah tangga yang baik, sebaiknya menganut sistem manajemen keterbukaan. Jangan pernah ada sedikit rahasiapun diantara kita dengan pasangan hidup kita. Masalah keuangan, dakwah, kawan-kawan facebook, pesan singkat (SMS). Semua hendaknya kita ceritakan dengan pasangan hidup kita. Istilahnya tidak ada dusta diantara kita dan pasangan hidup kita tentunya.

Keenam, bersahabat dalam suka dan duka. Kebahagiaan suami adalah kebahagian kita, kesedihan suami juga kesedihan kita demikian sebaliknya. Hendaknya kita selalu bersama dengan pasangan hidup kita baik suka maupun duka.

Ketujuh, menerima kekurangan pasangan hidup. Di dalam hidup ini, tidak ada manusia yang sempurna, karena manusia tempatnya salah dan lupa. Rasanya kurang bijak, jika menganggap pasangan hidup kita seperti malaikat yang tak punya dosa. Yakinlah, di balik kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah SWT ciptakan berbagai kelebihannya. Jangan pernah membandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup orang lain. Yakinlah, pasangan hidup yang dipilihkan Allah untuk kita, adalah yang terbaik. Insya Allah.

Kedelapan, bersikap murah hati dalam kemesraan. Biasanya wanita lebih romantis dibandingkan pria, walaupun tidak semua romantisme milik wanita. Tidak menjadi masalah, jika suami tidak bisa romantic. Justru karena hal itulah, sebagai isteri, bisa bersikap romantis atau sebaliknya. Jangan pernah pelit dengan kata-kata lembut, kata-kata sayang, love much, my honey.

Bisa dilakukan ketika SMS dengan pasangan, pertanyaan mesra dan lainnya. Bisa juga saat SMS atau telepon, buka dengan salam. Assalamualaikum say, sedang apa di kantor? Atau Abi, jangan lupa ya bawakan aku oleh-oleh, love much (mengakhiri sms). Biasanya dengan kelembutan dan kasih sayang, semua akan menjadi cair dan akan bertambah rasa cinta, sayang kita terhadap pasangan hidup kita.

Kesembilan, ciptakan kejutan bagi pasangan. Terkadang, kejutan kecil sangat bermakna bagi pasangan hidup. Hal itu bisa dicoba saat sehabis pulang ceramah, pasangan kita bisa dibelikan semangkok bakso dengan juice jambu kesukaannya, ataupun sebaliknya. Atau saat pulang kerja, tiba-tiba suami dibelikan oleh-oleh kesukaan, begitu pula, bisa dengan majalah atau lainnya.

Hal lainnya, saat suami pulang, sudah kita masakkan masakan kesukaannya. Dalam Islam memang tidak ada hari ulang tahun, namun tidak salahnya kita memberikan hadiah untuk pasangan hidup kita. Bisa sebuah dompet, baju koko atau kemeja kesukaannya. Dan jangan lupa ucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, agar bertambah rasa syukur kita pada Allah SWT, yang telah menganugerahkan pasangan hidup untuk kita.

Kesepuluh, ciptakan bulan madu kedua. Sekali-kali ajak pasangan kita untuk berduaan saja tanpa anak-anak, menikmati saat-saat indah berdua saja. Bisa makan berdua di luar rumah, dengan suasana romantis. Tidak perlu yang mahal, yang penting nilai kebersamaannya. Selanjutnya, bisa berbicara dari hati ke hati. Jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita menyelesaikan pembicaraannya. Bisa juga kita tatap mata pasangan kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Subhanallah, indah sekali. Jika semua pasangan hidup bisa melakukan hal ini, rasanya tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan di dunia ini. Yakinlah, Insya Allah setelah acara ini, irama hidup pasti berubah.

Kesebelas, jangan sepelekan janji. Bila sudah berjanji dengan pasangan, usahakanlah untuk menepatinya, sekalipun untuk hal-hal kecil atau sepele. Seperti menjemput dari ceramah, atau mengantarkan ke dokter. Namun sebagai seorang isteri, kita juga harus menyadari tugas dan amanah dakwah yang diemban suami. Misalnya, sudah berjanji akan menjemput kita, namun tiba-tiba ada amanah dakwah yang jauh lebih penting, maka kita pun harus ikhlas untuk tidak dijemput. Hal ini bukan berarti pasangan hidup kita ingkar janji. Ya semua akan terasa indah manakala kita dapat memahami setiap pasangan hidup kita. (pkspesanggrahan)

Leave a Reply